MARWAH RIAU - Burung serindit Melayu adalah satwa identitas Provinsi Riau, yang melambangkan kebijaksanaan, keindahan, keberanian, kesetiaan, kerendahan hati, dan kearifan.
Burung serindit hidupnya berkelompok, kegemarannya adalah memanjat dan berjalan dibandingkan terbang. Saat istirahat burung serindit bergantung di dahan dengan kepala di bawah.
Adapun makanannya yaitu sayur sayuran, buah-buahan, padi-padian, dan aneka serangga kecil.
Di kampung-kampung di Riau, orang Melayu yang memelihara serindit biasanya memberi makan nasi basah (nasi yang direndam dalam air), Serindit juga menjadi penanda waktu, ketika matahari naik, kawanan serindit suka bermain di mayang kelapa.
Di kalangan orang Melayu di Rokan Hulu, Serindit dipercaya bagus jika dipelihara ketika beternak ayam karena akan membuat ayam cepat berkembang-blak.
Dalam khasanah sastra Melayu lama, serindit dianggap sebagai burung cinta, karena menandai kehadiran cinta pada tokoh-tokoh utamanya.
Misalnya dalam sastra Melayu Syair Ken Tambuhan (SKT) dan Hikayat Andaken Penurat (HAP), Dalam SKT versi Teew (1966) dikisahkan bahwa burung serindit terbang setelah disumpit oleh sang wira (Raden Inu).
Burung itu terbang dan hinggap di pohon cempaka rindang (SKT versi Teew; atau, di pohon delima (SKT versi De Hollander dan HAP versi Robson) yang berada di dalam taman larangan, tempat Ken Tambuhan berada dan sedang menenun.
Sang wira (Raden Inu/ Andaken Penurat) kemudian memaksa buka pintu taman larangan dan begitu pintu terbuka, seketika itu juga terpandang oleh sang wira wajah Ken Tambuhan dan iapun jatuh cinta padanya.
Bahasa lain dari burung serindit melayu yaitu Loriculus galgulus, adapun jenis burung dalam genus burung serindit (Loriculus) diantaranya memiliki ukuran tubuh yang kecil, panjang sekitar 12 sentimeter.
Bulunya berwarna dominan hijau dan ekornya pendek berwarna merah. Bagian kepala burung jantan ada semburat warna biru seperti mahkota dan semburat merah di bagian lehernya, yang tak ada pada burung betinanya.
Warna burung betina pun agak lebih pudar. Serindit Melayu banyak ditemui Brunei, Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand: di hutan-hutan dataran rendah, hingga ketinggian 1.300 mdpl.
Burung betina biasanya menetaskan antara tiga sampai empat butir telur yang dierami sekitar 18 sampai 20 hari. Serindit termasuk hewan berisiko rendah dalam JUCN Red List (daftar status konservasi spesies biologi).
Sumber: Lembaga Adat Melayu Riau