-->

Notification

×

Kategori Berita

CARI BERITA

Iklan

Iklan


Iklan





Gasing Masih Eksis, Ternyata Permainan Rakyat Riau

| Wednesday, December 01, 2021 WIB | Last Updated 2022-12-03T09:28:32Z

MARWAH RIAU - Permainan Gasing hampir ada di semua negeri rumpun Melayu, termasuk juga di Riau dan Kepulauan Riau. Walaupun termasuk permainan yang sudah terbilang tua, permainan ini masih eksis sampai sekarang. Sering dilakukan perlombaan, kompetisi atau festival gasing, baik di Indonesia maupun di Malaysia.

Gasing ini benda yang terbuat dari kayu, bentuknya bulat seperti buah labu, bawahnya runcing, sedangkan bagian atasnya seperti berkepala, berbentuk bulat, yang disebut jambul, serta sedikit ada lehernya, yaitu lekukan kecil atau cuma irisan antara badan dengan jambul gasing.

Fungsi leher gasing untuk melilit tali pemutar gasing, sedangkan bawahnya yang runcing untuk gasing berputar di porosnya pada satu titik ketika dimainkan di atas tanah atau lapangan yang datar, lantai atau pun di atas papan tapuk, sekeping papan kecil yang digunakan untuk mengangkat gasing yang tengah ligat berputar.

Bentuk gasing selalu sama diantaranya ada badannya, jambulnya dan paksi atau bawahnya yang runcing. Gasing yang menjadi permainan rakyat Riau ini hanya rupanya saja yang selalu berbeda-beda sedikit antara daerah satu dengan daerah lainnya. 

Perbedaan tersebut terlihat dari bentuknya karena ada yang bulat lonjong, ada yang berbentuk seperti jantung, kerucut, silinder, juga ada yang berbentuk seperti piring terbang. Gasing terdiri dari bagian kepala, bagian badan dan bagian kaki (paksi).


Kayu yang sering digunakan untuk membuat gasing antaranya kayu kempas, kemuning, merbau, rambai, bebaru, durian atau kundang. Namun kayu yang paling sesuai adalah merbau, seperti merbau tanduk, merbau darah, merbau johol dan merbau keradah. Jenis kayu mudah dilarik tetapi tidak mudah serpih atau merekah.

Selain itu kayu leban tanduk, limau, bakau, koran, sepan, penaga, keranji juga bagus. Boleh juga dibuat dari kayu kayu yang mudah didapati seperti manggis, jambu batu, ciku atau sawo, asam jawa.

Untuk mendapatkan gasing yang kuat memangkah dan tahan dipangkah orang selalu memilih teras kayu yang paling keras. Teras adalah pungka atau bagian kayu yang paling keras di dalam batang kayu.

Sedangkan untuk yang paling sederhana tidak jarang pula dibuat cuma dari kayu nangka untuk gasing mainan anak-anak. Semakin ahli seseorang membuat dan meraut gasingnya akan semakin menarik bentuk dan ketunakan gasingnya ketika dimainkan.

Tali gasing untuk pada masa dulu terbuat dari kulit bebaru. Sekarang orang sering menggunakan tali yang mud didapat, seperti tali nilon dan sejenisnya. Tali yang digunakan untuk bermain gasing ini menyesuaikan dengan panjangnya tangan pemainnya, tetapi pada umumnya berukuran sekitar satu meter. 

Begitu juga ketebalan tali harus menyesuaikan dengan besarnya gasing, untuk mendapatkan hasil putaran yang bagus tidak jarang pula tali gasing digosok dengan minyak kelapa, begitu juga gasingnya sehingga tampak agak berkilat.

Cara bermain gasing dimulai dengan melilitkan tali gasing di bawah jambulnya sampai ke badan gasing hingga meliputi separuh atau nyaris seluruh badan gasing. Berikutnya mengambil ancang-ancang. Gasing dipegang kuat dengan tangan kanan. 

Setelah siap, dengan serta-merta gasing dicampakkan ke tanah sambil menyentak talinya sekuat-kuatnya sehingga gasing itu meluncur ke tanah sekaligus berputar seligat ligatnya.

Lomba Gasing Uri, caranya sama-sama star melemparkan gasing ke tanah, lapangan, atau arena yang sudah disiapkan. Gasing siapa yang berputar ligat dan tahan lama dia yang menang. Dengan catatan, semua gasing berputar normal. (a) tidak locong. yaitu berputar terbalik atau jambul ke bawah, dan (b) tidak keluar garis arena yang disepakai.

Lomba Gasing Pangkah, ini dimulai dengan kesepakatan atau osit untuk menentukan siapa yang memangkah atau dipangkah lebih dulu. Pihak yang dipangkah memutar gasingnya lebih dulu. Sedangkan pihak pemangkah memutar dan atau memangkah gasing yang telah dipasang. 

Pemangkah menang apabila gasing dipangkah terbang jauh, nilai kemenangan bertambah bila gasing dipangkah jadi locong atau tidak mengenai sasaran dan gasing yang dipangkah pecah. 

Sedangkan pihak dipangkah menang apabila gasing pemangkah malah yang mantul atau terbang jauh dan berhenti berputar lebih dulu, gasing penangkah locong atau pangkah tidak mengenai sasaran.


Lomba Main Gasing Paduk, Di Mandah Indragiri Hilir ada kreasi lain permainan adu gasing ini. Selain adu tahan lama (uri) dan adu pangkah, ada juga permainan adu ligat di papan paduk, upih pinang atau selodang kelapa yang membentang atau juga malah di telapak tangan. 

Papan paduk itu dipersiapkan lebih dulu yang merupakan papan yang tipis lebih agar bagus. Adapun panjangnya sekitar sehasta. Lebih bagus lagi bila dibuat bertangkai, seperti papan penepak bola batminton.

Cara bermain kreasi ini, gasing dimainkan dulu di atas tanah atau lantai, dengan menyentaknya seligat-ligatnya. Ketika gasing tengah berputar ligat ini si pemain dengan kedua telapak tangannya dalam sekejab mata memindahkannya ke atas papan tapuk. 

Semakin piawai si pamain sekilas menyentuh memindahkan gasingnya semakin lama gasing itu tahan berputar di atas papan paduk. Sebaliknya, bila tidak pandai bermain di papan paduk ini, gasing itu malah berenti seketika itu juga.

Gasing merupakan permainan tertua yang ditemukan di berbagai situs arkeologi dan masih bisa dikenali. Tiap daerah juga memiliki istilah yang berbeda-beda untuk menyebut gasing ini.

Masyarakat Jawa Barat dan DKI Jakarta menyebutnya gangsing atau panggal, masyarakat Lampung menamainya pukang, orang Kalimantan Timur menyebutnya begasing sedangkan di Maluku disebut apiong. 

Orang Bugis Makasar dan orang Nusa Tenggara Barat menamainya maggasing sedangkan masyarakat Bolaang Mangondow di daerah Sulawesi Utara memberi nama paki, orang Jawa Timur menyebut gasing sebagai kekelun.

Sedangkan di Yogyakarta gasing disebut dengan dua nama berbeda diantaranya Jika terbuat dari bambu disebut gangsingan dan jika terbuat dari kayu dinamai pathon. Sementara itu masyarakat Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Barat, sama seperti Semenanjung Malaysia, tetap menyebutnya gasing.

Sumber: Pendidikan Budaya Melayu Riau 
Foto: Instagram @teguh_unobig