-->

Notification

×

Kategori Berita

CARI BERITA

Iklan

Iklan


Iklan





Penamaan Desa Rimba Melintang Ternyata Berkaitan dengan Tuanku Tambusai

| Friday, December 03, 2021 WIB | Last Updated 2022-12-03T09:28:48Z
Masjid Raya Al Munawwarah Rimba Melintang


MARWAH RIAU - Rimba Melintang diambil dari nama sungai yaitu Rimba Melintang, sungai ini bermuara di Sungai Rokan, bagian hilir dari jembatan Jumrah sekarang. Dimana di daerah itu merupakan hutan yang di kelilingi oleh sungai, Rimba Melintang berada ditengah-tengah sehingga apabila dilihat dari hilir sungai makan bagian hulu sungai tidak terlihat.


Begitu juga sebaliknya ketika dilihat dari hulu, bagian hilir sungai juga tidak terlihat, sehingga disebutlah nama daerah itu Rimba Melintang yang artinya hutan yang melintang.


Salah seorang tokoh masyarakat Rimba Melintang bapak Achmad Zainal (53 tahun) diwawancari tahun 2018 saat penelitian menyampaikan bahwa Penamaan desa Rimba Melintang juga ada kaitannya dengan kedatangan Tuanku Tambusai.


"Penamaan Desa Rimba Melintang ado kaitannyo dengan Tuanku Tambusai. Waktu itu Tuanku Tambusai asik dikoja belanda, mako lai lah mengikuti Sungai Rokan. Pas inyo dai Jumrah mengikuti arah sungai, mako nampaklah hutan melintang yang buntu,"


"Hal iko membuek kekhawatirannyo, sehingga ado salah satu anggotanyo yang benamo Muhammad Saleh berdoa supayo hutan itu tak tetutup,"


"Tapi mereka toih melanjutkan jalannyo, jadi singgahlah ditopi sungai yang daerah melintang yang kinin ko. Karena ditengok tompek tu sunyi dan hutan semuo, mako diboilah namo Rimba Melintang," kata Ahmad Zainal


Terjemahannya:

"Penamaan Desa Rimba Melintang ada kaitannya dengan Tuanku Tambusai. Waktu itu Tuanku Tambusai asik dikejar oleir belanda, maka larilah mengikuti Sungai Rokan. Pas mereka dari Jumrah mengikuti arah sungai, maka nampaklah hutan melintang yang buntu,"


"Hal inilah yang membuat kekhawatiran mereka, sehingga ada salah satu anggotanya yang bernama Muhammad Saleh berdoa supaya hutan tidak tertutup,"


"Tepi tetap mereka melanjutkan jalannya. Sehingga singgahlah ditepi sungai yang daerah Rimba Melintang yang sekarang ini. Karena dilihat tempat itu masih sunyi dan hutan semua, maka diberilah nama Rimba Melintang,"


Setelah kalahnya Tuanku Tambusai dan ditaklukkanya Benteng Tujuh Lapis di Dalu-dalu oleh Belanda, Tuanku Tambusai dan rombongannya melarikan diri ke Malaka melalui sungai Rokan. Dalam perjalanan ke Malaka, mereka berhenti di hulu sungai tepatnya di Jumrah, ketika dilihat dari hulu, sungai itu lurus seperti sungai yang tertutup yang tidak ada ujungnya lagi.


Hal ini menyebabkan kekhawatiran apabila sungai itu buntu maka belanda akan menemukan mereka. Takut akan hal itu terjadi maka salah satu dari pasukan Tuanku Tambusai yang bernama Muhammad Saleh berdoa, apabila sungai itu terbuka dan ada jalan selanjutnya mereka berniat akan memotong kambing atau berjamu ditempat tersebut.


Mereka masih tetap berjalan mengikuti alur sungai, semakin ke hilir semakin nampaklah jalan keluar sungai dan kemudian mereka singgah ditengah-tengah sungai tersebut. Mereka menambat perahunya dan membuat kemah-kemah untuk beristirahat. Karena merasa doanya sudah dikabulkan, bahwa sungai yang tertutup telah terbuka, mereka memotong kambing dan masak-masaklah disana.


Karena daerah itu sunyi belum ada penghuninya mereka bingung apakah nama daerah yang mereka singgahi. Mereka berfikir, ketika dipandang dari hulu sungai terlihat melintang, dan apabila dilihat dari hilir juga melintang dan tempatnya juga dipenuhi dengan hutan, maka diberilah nama Rimba Melintang. yang berarti Hutan yang Melintang.


Kemudian mereka tinggalah beberapa saat disana. Mereka membuka hutan-hutan terse but untuk menanam sayur, ubi, dll yang digunakan sebagai perbekalan ke Malaka dan juga untuk bersembunyi dari kejaran belanda. Ketika mereka merasa persiapannya sudah cukup untuk ke Malaka, maka mereka meninggalkan tempat tersebut dan melanjutkan perjalanan menuju Malaka.


Setelah Tuanku Tambusai dan pasukannya pergi, banyaklah orang yang berdatangan untuk bercocok tanam disana karena melihat hutan disana sudah ada yang dibuka.


Orang yang pertama datang untuk bercocok tanam adalah dari Bangko, karena Rimba Melintang merupakan kawasan dari datuk Bangko, sebelum Rimba Melintang ada Bangko, Tanah Putih dan Kubu juga sudah ada, karena ketiganya merupakan negeri tua. Pada masa itu wilayah kedatukan ditempati di tiga wilayah tersebut.


Setelah rombongan dari Bangko yang pertama membuka lahan untuk bercocok tanam, maka banyaklah orang yang datang untuk membuka lahan disana. Ada yang dari Bangko, Tanah putih dan sebagainya. Mereka juga sudah berbaur satu sama lain disana sambil menunggu waktu panen. Tetapi mereka tidak menetap disana, mereka datang hanya untuk bercocok tanam, setelah panen kemudian pulang ke kampungnya masing-masing.


Rombongan yang datang dari tanah Putih yaitu rombongan dari Tengku Sulung. Mereka datang untuk membuka lahan dan menanam padi. Mereka membuka lahan dan menanam padi bukan di Rimba Melintang melainkan di Parit Degol. Mereka yang berladang disana mulai bertempat tinggal disana dan menetap. Setelah Parit Degol dihuni oleh penduduk barulah tempat yang disinggahi Tuanku Tambusai dihuni oleh penduduk.


Penduduknya berasal dari Bangko dan Tanah Putih. Pada saat itu Rimba Melintang belumlah bersifat desa. Pada tahun 1904 Rimba Melintang sudah bersifat pemerintahan desa. Penduduk yang pertama menempati yaitu rombongan dari Tengku Sulung.


Penghulu pertama yaitu Melintang dibawah kekuasaan Bangko yang dikuasai oleh orang kaya Mak Ali. Sebelum menjadi kecamatan, Rimba Melintang termasuk dalam Kecamatan Bangko yang Ibukotanya di Bagansiapiapi. Wilayah Kecamatan Bangko sangat luas meliputi Jumrah, Ajobe jamu, Sinoboi, Pekaitan, Sungai Besar, Bangko Kiri, Bangko Kanan.


Pada tahun 1990 wilayah Kecamatan Bangko sangat luas dan jumlah penduduknya banyak, sehingga wilayah Kecamatan Bangko dibagi menjadi dua, yaitu wilayah Kecamatan Bangko dan wilayah perwakilan kecamatan Bangko yang duduk perwakilannya di Rimba Melintang. Pada tahun 1995 Rimba Melintang semakin berkembang dan jumlah penduduknya se makin bertambah, sehingga Rimba Melintang dibentuk menjadi Kecamatan.


Kecamatan Rimba Melintang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 tahun 1995 tentang Pembentukan 13 kecamatan di wilayah Kabupaten Tinggkat II Bengkalis, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir dan Kampar dalam wilayah Provinsi Daerah Tingkat II Riau di tetapkan di Jakarta pada tanggal 4 September 1995.


Adapun jumlah penduduknya pada waktu itu berjumlah 33.237 jiwa. Laki-laki 16.826 dan perempuan 16.411 jiwa. Dari 13 kecamatan tersebut nama kecamatan yang sama dengan ibu kota kecamatan hanya 2 yaitu, Kecamatan Rimba Melintang ibukota Rimba Melintang, dan Kecamatan Minas ibukota Minas.


Peran Tuanku Tambusai dalam Terbentuknya Rimba Melintang.


Pada 28 Desember 1838, benteng pertahanan terakhir di Dalu-dalu jatuh ke tangan Bel anda. Namun Tuanku Tambusai berhasil meloloskan diri dari kepungan Belanda dan para sekutu-sekutunya lewat pintu rahasia.


Sebagai seorang ulama besar ia telah menunaikan kewajibannya. Keberadaannya sebagai pejuang pembela tanah air yang gigih dan pantang me nyerah selalu dihargai masyarakat sekitar, mereka pun tak segan membantu. Meskipun harus hidup dalam pengasingan, ia tak mau tunduk pada perintah Belanda.


Tuanku Tambusai melarikan diri ke terowongan yang bisa tembus ke Sungai Rokan bersama beberapa pasukannya. Tuanku Tambusai melarikan diri ke arah malaka yang melewati Sungai Rokan, mereka berhenti di hulu sungai tepatnya di Jumrah.


Ketika di lihat dari hulu sungai itu lurus, sehingga seperti sungai yang tertutup yang tidak ada ujungnya lagi, sehingga menyebabkan kekhawatiran apabila sungai itu buntu maka belanda akan menemukan mereka. situasi itu menyebabkan salah satu dari pasukan Tuanku Tambusai ada yang berdoa, apabila sungai itu terbuka dan ada jalan selanjutnya mereka berniat akan memotong kambing atau ber jamu di sana.


Mereka masih tetap berjalan mengikuti alur sungai tersebut, semakin ke hilir semakin nampaklah jalan keluar sungai tersebut, sehingga mereka singgah di tengah-tengah sungai tersebut, mereka menambat perahunya dan membuat kemah-kemah untuk beristirahat.


Karena merasa doanya sudah di kabulkan, karena mereka beranggapan bahwa sungai itu tertutup telah terbuka, mereka memotong kambing dan masak-masak lah di sana. Karena daerah itu sunyi belum ada penghuninya mereka bingung apakah nama daerah yang mereka singgahi. Mereka berfikir, ketika di pandang dari hulu sungai terlihat melintang, dan apabila dilihat dari hilir juga melintang, dan tempatnya juga di penuhi dengan hutan, maka di berilah nama Rimba Melintang. yang berarti Hutan yang Melintang.


Setelah Tuanku Tambusai beserta rombongan meninggalkan daerah itu, maka banyak orang yang datang untuk membuka lahan disana dan mereka juga menyebut nama daerah itu Rimba Melintang. Karena orang sebelumnya sudah memberikan nama Rimba Melintang maka mereka hanya mengikutinya saja.


Ketetapan Kecamatan Rimba Melintang Sebagai Salah Satu Kecamatan Pemekaran di Kecamatan Bangko


Setelah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 tahun 1995 tentang Pembentukan 13 kecamatan di wilayah Kabupaten Tinggkat II, maka Rimba Melintang sah menjadi Kecamatan baru yang merupakan pecahan dari Kecamatan Bangko.


Setelah ber jalan 10 tahun Kecamatan Rimba Melintang dimekarkan kembali menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Rimba Melintang dan Kecamatan Bangko Pusako. Pada tahun 1990 sebelum menjadi kecamatan, Rimba Melintang menjadi perwakilan kecamatan Bangko. Kepala Perwakilan pertama yaitu Drs. Sarifuddin Yatim. Satu tahun setelah itu digantikan oleh bapak Drs. Surya Arfan yang menjabat sebagai Kepala Perwakilan Kecamatan sampai tahun 1995.


Kemudian Rimba Melintang menjadi camat pembantu dengan camat nya bapak Drs. Surya Arfan. Pada januari 1996 diresmikan kecamatan Rimba Melintang menjadi Kecamatan. Setelah diresmikan menjadi sebuah kecamatan baru maka Kecamatan Rimab Melintang di pimpin oleh beberapa camat yaitu :

1. Drs. Surya Arfan

2. Tugiman mafus SH

3. Rusli Syarif S.sos

4. Abdul wahab Amp

S. Hermanto S.sos.

6. H. Ramli harofi SH

7. Abdul Hamid SH

8. H. Syamzani SH

9. Burhanuddin Hasan, Shut MSc


Kecamatan Rimba Melintang diresmikan pada hari Kamis tangal 4 Januari 1996 oleh Kepala Daerah Tingkat I Riau, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 tahun 1995 tanggal 4 September 1995. Peraturan pemerintah tersebut meresmikan pembentukan 13 kecamatan di wilayah Kabupaten daerah Tingkat II Bengkalis, Indragiri Hilir, Indragiri Hulu. dan Kampar dalam Wilayah Provinsi Daerah Tingkat I Riau.


Sumber: Jurnal Online Mahasiswa Universitas Riau tentang Sejarah Pembentukan Kecamatan Rimba Melintang Kabupaten Rokan Hilir