-->

Notification

×

Kategori Berita

CARI BERITA

Iklan

Iklan


Iklan





Si Miskin yang Tamak (Cerita Rakyat Riau)

| Wednesday, December 08, 2021 WIB | Last Updated 2022-12-03T09:03:00Z


MARWAH RIAU - AIkisah di Riau pada zaman dahulu kala hiduplah sepasang suami istri yang sangat miskin. Mereka hidup serba kekurangan karena penghasilan mereka tidak bisa mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari. 

Jangankan untuk membeli lauk pauk, untuk mendapatkan beras pun kadang-kadang harus berhutang pada tetangga. Hidup mereka benar-benar memprihatinkan. Suatu hari, Pak Miskin bermimpi seorang kakek datang menemuinya dan memberikannya seutas tali.

"Hai Miskin! Besok pergilah merakit dan carilah sebuah mata air di Sungai Sepunjung!" kata si kakek yang kemudian menghilang.

Pak Miskin terbangun dengan bingung. "Wah, mimpi apa aku tadi? Kenapa kakek tadi menyuruhku pergi merakit?" kata Pak Miskin dalam hati. Hari masih pagi, akhirnya Pak Miskin memutuskan untuk mengikuti pesan si Kakek.

"Tidak ada salahnya mencoba. Siapa tahu aku mendapatkan keberuntungan," pikir Pak Miskin.

Lalu, pergilah ia dengan menggunakan perahu satu-satunya. Dia terus mendayung di sepanjang sungai sambil mencari mata air yang dimaksud si Kakek dalam mimpinya. Tidak berapa lama dilihatnya riakan air di pinggir sungai pertanda bahwa di bawah sungai itu terdapat mata air.

Dia menengok ke kanan dan ke kiri mencari si Kakek dalam mimpinya. Namun, hingga lelah lehernya, si Kakek tidak juga kelihatan. Ketika dia sudah mulai tidak sabar, tiba-tiba muncullah seutas tali di samping perahunya. 

Tanpa pikir panjang ditariknya tali tersebut. Ternyata di ujung tali itu terikat rantai yang terbuat dari emas. Alangkah senangnya Pak Miskin. Cepat-cepat ditariknya rantai itu.

Dia menarik rantai itu dengan sekuat tenaga dan mengumpulkan rantai tersebut di atas perahunya. Tiba-tiba terdengar kicau seekor burung dari atas pohon, "Cepatlah potong tali itu dan kembalilah pulang!" Namun, karena terlalu gembira, Pak Miskin tidak mengindahkan kicauan burung itu. 

Dia terus menarik rantai emas itu hingga perahunya tidak kuat lagi menahan bebannya. Benar saja, beberapa saat kemudian perahu itu miring dan kemudian terbalik bersama Pak Miskin yang masih memegang rantai emasnya. 

Rantai emas yang berat itu menarik tubuh Pak Miskin hingga terseret ke dalam sungai. Pak Miskin berusaha menarik rantai itu. Namun, rantai itu malah melilitnya dan menyeretnya semakin dalam. Pak Miskin yang kehabisan udara, gelagapan di dalam air. 

Dengan susah payah dia melepaskan diri dan kembali ke permukaan. Dengan napas tersengal-sengal dilihatnya harta karunnya yang tenggelam ke dalam sungai. Apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur. Pak Miskin pun pulang ke rumahnya dengan tangan hampa.

Sumber: Cerita Rakyat: Lampung, Sumatera Barat, Riau yang diceritakan kembali oleh Putri K.