MARWAH RIAU - Upah-upah merupakan tradisi yang sampai saat ini masih dilakukan oleh masyarakat Melayu terutama masyarakat melayu Riau, tradisi ini dilakukan untuk mengembalikan semangat seseorang yang hilang yang disebabkan oleh beberapa hal seperti terhindar dari musibah, menempuh kehidupan baru dan ketika tercapai cita-cita.
Selain itu upah-upah pada tradisi melayu ini juga memiliki makna sebagai nasehat, doa, mempererat hubungan silaturahmi, memupuk rasa syukur, pengembalian dan elaborasi spirit (semangat) baik individu maupun kelompok masyarakat. Upah-upah bisa dikatakan juga sebagai sebuah kegiatan motivasi yang diberikan kepada seseorang atau kelompok dengan cara-cara tertentu sesuai dengan adat istiadat melayu.
Secara ilmiah Upah-upah dianggap sebagai pemberian sugesti atau dorongan spritual terhadap moral seseorang atau sekelompok orang. Oleh karena itu upah-upah merupakan bentuk softskill training bagi seseorang yang dilaksanakan sesuai adat istiadat melayu, selain itu upacara adat ini biasanya digabung dengan Tepung Tawar.
Tradisi ini sudah jarang ditemukan di perkotaan, namun tradisi upah-upah ini masih bisa kita saksikan pada masyarakat berbudaya melayu yang bermukim di perdesaan (komonitas desa) seperti desa yang ada di Kabupaten Rokan Hilir tepatnya Desa Sungai Manasib dan desa-desa lainnya.
Ada tiga alasan mengapa seseorang harus di upah-upah, diantaranya adalah pertama lolos dari suatu bahaya besar yang dapat merenggut jiwanya (seperti lolos dari ancaman penyakit menahun yang masyarakat melayu sebut sebagai penyakit kampung, sembuh dari sakit karena kecelakaan).
Kedua yaitu berhadapan dengan peristiwa penting dalam hidupnya (seperti khitan, menikah) dan ketiga yaitu tercapai cita-cita (seperti telah menyelesaikan sekolah tinggi, telah menamatkan mengaji atau khatam Quran)
Sedangkan tujuan mengupah-upah seseorang yaitu pertama berusaha mengembalikan semangat orang yang terancam jiwanya, kedua memberi semangat dan kepercayaan diri, ketiga menyambut dan mensyukuri suatu keberhasilan.
Banyak manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat Melayu setelah melaksanakan kegiatan upah-upah, terutama bagi diri individu yang diupah-upah. Setelah diupah upah individu tersebut merasa bahwa gamang atau terkejut yang dirasakannya setelah mengalami musibah atau kecelakaan akan pulih kembali seperti biasanya dan tidak mengalami trauma yang mendalam.
Sama seperti upah-upah ketika selesai ijab kabul atau setelah menamatkan sekolah tinggi dengan diupah-upah akan muncul rasa percaya diri dan rasa syukur yang besar terhadap Allah SWT sehingga akan lebih baik dikehidupan yang akan datang.
Adapun perlengkapan khusus dalam upah-upah antara lain Balai, nasi kunyit atau nasi kuning. Balai yaitu tempat untuk nasi kunyit, balai terbuat dari kayu yang berbentuk segi empat dan mempunyai kaki empat didalamnya membentuk tiga tingkatan. Kemudian nasi kunyit beserta balai atau biasa masyarakat sebut sebagai nasi balai.
Selain itu juga ada perlengkapan umum dalam melaksanakan upah-upah diantaranya ruangan tengah dalam rumah, nasi kunyit yaitu nasi yang berwarna kuning yang dimasak menggunakan air kunyit dan santan kelapa. Beras kunyit atau beras kuning, yaitu beras yang berwarna kuning. Dikatakan beras kunyit karena beras tersebut direndam dengan air kunyit dan berwarna kuning. Selanjutnya ayam panggang atau ayam rendang, yang digunakan sebagai lauk dalam jamuan makan dan telur ayam yang sudah direbus.
Upah-upah tradisi masyarakat melayu ini juga memiliki fungsi tersendiri bagi masyarakat Melayu salah satu fungsi dengan adanya tradisi upah-upah ini adalah untuk mempererat tali silaturahmi antara satu dengan yang lainnya, karena jika dilihat dari status sosial masyarakat sangat beragam, mulai dari petani, nelayan, PNS dan sebagainya.
Maka dari itu tentunya sulit untuk bertemu dan tatap muka secara langsung untuk berbagi pengalaman kehidupan dengan demikian dalam bermasyarakat sudah dapat dipastikan bahwa warga tentunya akan sibuk dengan pekerjaan masing-masing untuk mencari nafkah untuk kelangsungan hidupnya.
Kesibukan masyarakat inilah yang kadang kala menyebabkan mereka jarang untuk melakukan interaksi hubungan antara sesama. Selain itu juga tradisi upah-upah dapat menjadi identitas dan ciri khas dari masyarakat Melayu sehingga tetap dapat dipertahankan agar tidak hilang dimakan zaman.