-->

Notification

×

Kategori Berita

CARI BERITA

Iklan

Iklan


Iklan





Ribuan Lampu Colok Hiasi Malam 27 Ramadan di Pekanbaru

| Friday, April 29, 2022 WIB | Last Updated 2022-12-03T11:03:57Z

 


PEKANBARU - Hiasan Lampu colok merupakan sebuah tradisi masyarakat di Riau. Secara turun-temurun tradisi ini dilaksanakan pada malam 27 Ramadan atau sering disebut malam 7 likur jelang hari raya Idulfitri.

Bagi masyarakat di daerah setempat lampu colok memiliki nilai agamis, gotong royong, dan rasa kebersamaan. 

Lampu colok dibuat dengan berbagai model. Ada berbentuk miniatur masjid, lafaz Allah, ayat suci Alquran dan simbol-sombol Islam lainnya. 

Hiasan lampu ini dibuat dari dari kaleng bekas. Dikaitkan di atas bingkai berupa menara kayu, berdiri tegak dan kokoh. Tingginya mencapai puluhan meter. 

Lampu sendiri merujuk pada kaleng-kaleng bekas minuman ringan bersodaaa. Diberi seuntai sumbu dan bahan bakar minyak tanah atau solar. 

Sementara colok merujuk pada cara unik untuk menyalakan lampu dengan menggunakan tongkat kayu atau bambu yang menyala di ujungnya. 

Hiasan lampu colok biasanya mulai dinyalakan beberapa saat setelah waktu salat maghrib dan menjadi pemandangan indah bagi mereka yang berangkat dan pulang shalat tarawih dari Masjid.

Bagi orang yang pertama kali melihat lampu colok, pasti tidak dapat menyembunyikan takjubnya terhadap menara lampu membentuk gambar masjid. 

Untuk menjaga tradisi unik ini agar tidak tenggelam ditelan zaman, Pemprov Riau melaksanakan Festival Lampu Colok Kreatif. 

Gubernur Riau Syamsuar mengatakan, kegiatan itu digelar sekaligus untuk menyemarakan bulan suci Ramadan dan menyambut hari lebaran 1443 Hijriyah. 

Di halaman rumah dinas Syamsuar, sebanyak 2.500 lampu colok telah dinyalakan. Berdiri kokoh di atas menara kayu. Lampu colok juga di pasang di sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Pemprov Riau dan Kelurahan. 

“Alhamdulillah [lampu colok] telah dinyalakan. Ini merupakan budaya dari masa dulu. Lampu colok ini telah masuk ke dalam daftar warisan budaya tak benda nasional,” kata Syamsuar, Jumat (29/4/2022) malam.

Ia menuturkan, adanya festival lampu colok ini untuk melakukan pelestarian budaya yang identik dengan ciri khas Melayu. 

“Dengan diadakannya perlombaan festival lampu colok ini, semoga nantinya agar tumbuh anak-anak kreatif dalam rangka membudayakan dan melestarikan lampu colok di bumi Riau kita ini,” tuturnya. 

Syamsuar berharap, kegiatan festival lampu colok akan terus di laksanakan dari masa ke masa dan semakin luas di setiap daerah Riau.

“Semoga kegiatan ini terus dijalankan sepanjang masa tidak hanya ada di kota Pekanbaru dan Bengkalis, semoga dilaksanakan ke setiap daerah di Riau,” harapnya. 

Lampu colok di halaman rumah dinas Gubernur Riau menjadi daya pikat bagi warga yang melintas di Jalan Diponegoro Pekanbaru. 

Seorang warga Pekanbaru, Rizan menyampaikan apresiasi dan merasa senang dengan kembali digelarnya Festival Lampu Colok oleh Pemprov Riau. 

Diungkapkan dia, dahulu di setiap malam 27 Ramadan, lampu colok rutin digelar dan diperlombakan antar kecamatan dan selalu hadir setiap sudut Kota Pekanbaru. 

Namun, belakangan tradisi ini seolah semakin meredup. Pandemi COVID-19 dan besarnya anggaran yang dibutuhkan menjadi salah satu alasan meredupnya tradisi unik tersebut.

"Semoga ke depannya kegiatan tradisi Melayu ini bisa rutin diadakan setiap tahun di malam 27 Ramadan dan menyambut Hari Raya Idulfitri. Ingat dulu masa kecil tiap Ramadan main lampu colok dan meriam karbit," tandas Rizan. 

Sementara, Erfan Setiawan satu di antara warga yang menyaksikan lampu colok itu mengatakan, bahwa berdasarkan sepengetahuan dia dahulunya di Bengkalis, Riau, lampu colok merupakan sarana penerang jalan bagi warga yang ingin membayar Fitrah pada malam 27 Ramadan. 

"Pada masa itu, infrastruktur tidak sepesat saat ini. Jalan-jalan masih gelap diselimuti semak belukar kiri kanan. Lantaran itulah, masyarakat bergotong royong membuat lampu colok untuk penerang jalan, penghindar bahaya terhadap warga membayar zakat fitrah," kata Erfan, pria asal Bengkalis yang telah  merantau di Kota Pekanbaru. 


Sumber: Media Menter Riau