Jakarta - Belakangan ini, persoalan Jakarta tenggelam kembali dibicarakan publik. Salah satu penyebabnya yakni sebuah video viral yang menampilkan tinggi permukaan laut yang tampak lebih tinggi dari daratan.
Sang pengunggah, akun Instagram @ine****, membandingkan tinggi keduanya dengan naik ke atas tanggul yang membatasi air laut dan daratan di kawasan Jakarta Utara itu. Hal ini memunculkan opini publik di mana Jakarta benar-benar akan tenggelam di tahun 2030.
Lalu, bagaimana faktanya di lapangan?
Mengecek kondisi tersebut, detikcom menyambangi beberapa titik di kawasan pesisir Jakarta Utara, Selasa (20/09/2022). Salah satunya yakni lokasi video tersebut dibuat, kawasan Pantai Mutiara.
Namun ketika ditelusuri, ternyata penampakannya tidak persis seperti yang ada di video. Menurut keterangan warga setempat, memang di bulan-bulan ini kondisi pasang air laut tidak terlalu tinggi. "
Sekarang lagi nggak terlalu tinggi. Pasang ini tergantung sama bulan," ungkapnya kepada detikcom.
Sekarang lagi nggak terlalu tinggi. Pasang ini tergantung sama bulan," ungkapnya kepada detikcom.
Meski demikian, ketika air pasang sedang tinggi-tingginya, air laut hanya berjarak sejengkal dari tepi tanggul. Ia yang sudah bekerja di sana selama kurang lebih lima tahun telah menyaksikan perubahan yang terjadi dengan tinggi permukaan air laut. "Pokoknya tuh untuk deretan tanggul sini jaraknya hampir sejengkal," katanya.
Di sisi lain, kejadian tanggul jebol belum pernah terjadi. Hanya saja beberapa tahun lalu sempat ada kejadian air meluap hingga menyebabkan masyarakat resah.
Oleh karena itu, ia menyampaikan, pemerintah mulai merencanakan pembaruan tanggul dengan menambah ketinggiannya agar tidak luber ke daratan.
Lebih lanjut, detikcom juga menyambangi kawasan Kampung Empang, Muara Angke, yang dikenal kerap mengalami banjir rob hingga saat ini. Ketua RT 6, Warya menjelaskan, beberapa minggu belakangan intensitas banjir rob di wilayahnya sedang menurun.
"Sekarang-sekarang ya alhamdulillah, lagi nggak banyak banjirnya. Padahal bulan kemarin itu tinggi sekali sampai di atas lutut," kata Warya.
RT 6 memang merupakan kawasan yang berada paling dekat dengan tepi laut. Kampungnya juga sudah terbiasa dengan banjir rob yang datang hampir setiap harinya. Namun pada hari ini, terlihat kondisinya sangat jauh berbeda dari bulan sebelumnya. Banjir hanya terjadi di beberapa titik dengan tinggi setumit.
Warya mengatakan, semakin ke sini intensitas banjir rob terus meningkat, yang dulunya banjir hanya bertahan beberapa jam lalu surut kembali, kemudian kedatangannya bertambah jadi beberapa hari, dan kini dalam setiap bulannya hanya ada waktu 3 hari tanpa banjir.
"Tiap tahun ini ada penambahan (tinggi air laut). Bahkan kalau di masa lagi tinggi-tingginya, di pinggir jalan utama sana itu sampai sebetis. Ngalir ke sana padahal jauh," jelasnya.
Untuk penambahannya sendiri, Warya memperkirakan tingginya bertambah sekitar 50 cm setiap tahunnya. Ia mengambil perhitungan ini dari setiap aktivitas pengurukan atau penambahan batuan untuk meningkatkan tinggi daratan di beberapa titik di wilayahnya untuk meminimalisir rendaman air laut.(detik.com)