-->

Notification

×

Kategori Berita

CARI BERITA

Iklan

Iklan


Iklan





Pengamat : Berbagai Simulasi, Repol-Ardo Teratas di Kampar

| Saturday, August 17, 2024 WIB | Last Updated 2024-08-17T12:05:27Z
Bapaslon Bupati dan Wakil Bupati Kampar  Repol S.Ag, M.IP dan Rahmad Jevary Juniardo. 


KAMPAR - Hampir selalu, sejak Pemilihan Bupati (Pilbup) di Kampar dilakukan lewat pemilihan langsung, pasangan calon yang unggul raihan suara di Jalur Tengah, akan keluar sebagai pemenang. Ini terjadi mulai Bupati Burhanuddin Husein, Jefry Noer hingga Azis Zaenal.


Jalur Tengah ini merupakan wilayah pemukiman lama di Kabupaten Kampar yang membujur sepanjang Jalan Raya Pekanbaru - Bangkinang mulai dari Tambang, Kampa, Rumbio, Air Tiris, Bangkinang hingga masuk Salo, Kuok, XIII Koto Kampar dan Koto Kampar Hulu.


Menarik untuk diamati bahwa kemunculan nama-nama Bakal pasangan calon (Bapaslon) Bupati dan Wakil Bupati Kampar sejauh ini, cukup didominasi oleh para representatif Jalur Tengah. Mulai dari Yuyun Hidayat - Edwin Pratama Putra yang telah mendapat dukungan dari PPP, PAN dan PKS, yang kedua-duanya sama-sama dari jalur tengah.


Lalu ada Ahmad Yuzar yang diklaim mendapat dukungan dari PKB dan Partai Nasdem. Berpasangan dengan Misharti, Ahmad Yuzar berasal dari daerah yang secara tradisional disebut sebagai Kenegerian Bangkinang.


Kemudian ada Mantan Sekda Kampar Yusri yang mendapat dukungan dari Gerindra, juga berasal dari Bangkinang. Lalu satu lagi nama adalah Rahmad Jevary Juniardo atau Ardo, yang santer akan menjadi Wakil Repol yang diusung Golkar, juga merupakan orang Kenegerian Bangkinang.


Uniknya, Edwin Pratama, Ahmad Yuzar, Yusri dan Ardo sama-sama berasal dari perkampungan lama Kenegerian Bangkinang, yaitu Bangkinang Seberang. Bahkan, menurut beberapa warga Bangkinang, Ardo dan Yusri berasal dari puak suku yang sama di Bangkinang Seberang itu.


Maka otomatis, dari nama-nama yang muncul itu, hanya Misharti dan Repol yang tidak berasal dari jalur tengah. Misharti dari Siak Hulu, Repol dari Kampar Kiri.


Dari gambaran Geopolitik Bapaslon yang muncul itu, Pengamat Politik Universitas Riau Dr. Tito Handoko menilai ada wilayah yang luas dengan Daftar Pemilih Tetap (DPT) besar dari pemilu ke pemilu yang alpa representatif bacalon. Yaitu Tapung dengan tiga kecamatannya.


''Secara Geopolitik masing-masing Bapaslon, Tapung akan menjadi 'Battleground' (medan perang, red) perebutan suara,'' kata Tito.


Menurut Tito, dari dua Pemilu Legislatif terakhir di Kampar, tidak ada partai yang benar-benar dominan menguasai Tapung. Tidak PDIP yang konsisten mendulang kursi disana dari pemilu ke pemilu, tidak pula Gerindra, Demokrat atau Golkar yang mengalami pasang surut raihan kursi DPRD di tanah transmirgasi tersebut.


Namun, menanggapi berita terbaru yang muncul dimana DPP Golkar telah mengeluarkan Surat Keputusan agar Repol maju bersama Ardo, Tito menganalisa Bapaslon ini memiliki perluang terbesar untung menang Pilbup Kampar.


''Ini tidak hanya berdasarkan fakta bahwa berbagai hasil survei Repol selalu unggul sebagai Calon Bupati, tapi juga ketika disimulasikan dengan beberapa faktorpun Repol-Ardo tetap posisi teratas,'' kata Tito.


Ketika disinggung soal Yusri yang berada dibawah Repol dalam survei, lalu Yuyun Hidayat - Edwin Pratama yang lebih dulu meraih dukungan tiga partai, Tito menyebutkan, Repol-Ardo tetap bapaslon yang memiliki peluang lebih besar menang.


''Di Kampar Kiri Repol tidak ada yang ganggu, dia melenggang, jalur tengah itu sudah terlalu banyak, sudah sesak. Ada Yusri, Ahmad Yuzar, Edwin Pratama yang semuanya berasal dari satu geopolitik yang sama, lalu ada Yuyun. Makanya saya katakan Tapung jadi 'battleground','' ungkapnya.


Menilik geopolitik para Bapaslon tersebut, bahwa Repol dan Yusri sejatinya sedang memperebutkan dukungan dari Partai Demokrat yang di Kampar kini dipimpin Ardo. Namun Tito meyakini pilihan Demokrat akan jatuh ke Repol. Dalam kalkulasi politik untuk memenangkan Pilbup Kampar, Demokrat dinilai sangat rugi bila memilih memasangkan Ardo dan Yusri.


''Rugi karena garapan (suara) secara geopolitik justru tidak akan maksimal. Makanya dia akan lebih menguntungkan kalau misalnya Ardo berpasangan dengan Repol. Menguntungkan bagi geopolitiknya. Ardo bisa mendapatkan segmen Kampar kanan dan Tapung, sementara Repol bisa menyelesaikan di Kampar kiri,'' kata Tito.


Selain itu Demokrat juga harus berpikir bahwa Jalur Tengah Kampar sudah terbagi cukup banyak. Selain Ardo, yang merupakan keturunan Kelurahan Pulau, Bangkinang Seberang, notabene masih satu kampung dengan tiga kandidat lainnya.  


Yaitu Yusri, Edwin Pratama dan Ahmad Yuzar Ketiga nama bakal calon Bupati dan Wakil Bupati ini bersama Ardo, merupakan satu kampung atau satu kenegerian, yang secara tradisional dikenal sebagai kenegerian Bangkinang.


''Secara geopilitik tentu ini sangat merugikan Yusri maupun Ardo, karena Jalur Tengah Kampar itu sudah ada Edwin Pratama, Ahmad Yuzar lalu Pak Yuyun,'' ungkapnya.


Sementara itu, Tito yakin bahwa Repol bakal didukung habis di Kampar Kiri Pilbup nanti karena menjadi representasi tunggal. Tinggal Kampar Kanan, yaitu Jalur Tengah dan Tapung, yang akan dipertaruhkan semua. 


''Segmen Kampar Kiri tidak ada yang merebut. Misalnya Ahmad Yuzar kan pasti fokus di jalur tengah, Kampar Kanan. Sekampung juga kan dengan Yusri dan Ardo. Sama seperti Pak Yuyun. Nah, makanya ketika Repol itu bisa disandingkan dengan Ardo, saya melihat justru kekuatan politiknya ada di situ. Dan peluang menangnya justru lebih besar ketika Repol dipasangkan dengan Ardo,'' kata Tito.


Dengan penuh sesaknya representatif Jalur Tengah pada Pilbup Kampar 2024 ini, maka segmen suara akan terpecah. Kondisi tersebut menurut Tito menyisakan Tapung untuk diperebutkan.


''Tapung pasti jadi perebutan. Sementara segmen Kampar Kiri itu di babat habis sama Repol. Maka kemungkinan suaranya terpecah di Tapung dan Kampar Kanan, suara di kiri itu bulat secara geopolitiknya", Tutupnya. 


Namun ketika dihadapkan pada realita keputusan partai, Tito mengingatkan bahwa SK keluar berdasarkan kalkulasi untung rugi dan siapa yang bisa meyakinkan DPP. Adapun soal upaya linearitas koalisi yang selama ini selalu digaungkan bahwa Gerindra dan Demokrat itu bakal disatukan, tidak benar-benar terjadi. Sejauh ini di Riau, hanya Pilgubri dan Pilbup Inhil.(***)